Monday, February 13, 2012

Pesan dari melbourne (7) : Mudah tersinggung

Menyebalkan nggak sih bekerja sama dengan orang yg mudah tersinggung ?

Apalagi bila ada disituasi dimana tekanan terjadi dengan begitu hebat dan dengan nature pekerjaan yang sangat mengandalkan kontribusi peranan satu dengan yg lain. Bayangkan bila orang yg sangat diandalkan untuk seharusnya melakukan tugas dan tanggung-nya dengan semestinya tiba tiba ngambek dan mogok ?

Saya pernah dimasa lalu, hanya karena ego, tidak bisa terima dengan sportif saat rekan sekerja saya bilang; wishnu, cara kerja kamu tidak ada ubahnya seperti idiot !

Jeleknya sikap saya saat itu, tanpa memandang esensinya, saya menganggap ucapan itu sangat tidak pantas dan memicu ketersinggungan berat.

Hanya karena saya sudah terlanjur diselimuti ketersinggungan dan kemarahan hebat, saya gagal menangkap pesan esensialnya bahwa ucapannya tersebut adalah 110 % benar, kalau saya saat itu MEMANG bekerja tidak ubahnya seperti orang BODOH dan idiot.

Apa yg saya anggap sebagai standard ketimuran dimana bahasa such an idiot seharusnya bisa digantikan dengan pilihan-pilihan bahasa halus, tidak pernah bisa dijadikan pembenaran, kalau memang cara kerja saya memang bodoh.

Tapi sebetulnya, kalau mau jujur, kalau memang kualitas kerja saya senilai orang bodoh bekerja, maka sebetulnya kalimat kalimat pengganti yg sifatnya halus dan mengakomodasi ego selangit saya, hanya akan lebih banyak merugikan daripada menguntungkan saya, karena kalimat kalimat halus tersebut memang tidak mewakili kebenaran yg sesungguhnya, bahwa kualitas kerja saya adalah seperti orang bodoh.

Dalam banyak sekali kasus, kalimat-kalimat halus memang melindungi ego yg ditegur, tetapi sebetulnya gagal menampilkan kebenaran 100%.

Kalau kita sungguh-sungguh mau bertumbuh jadi orang KUAT, pertanyaan yang benar seharusnya sederhana, yaitu: apakah setiap kali kita terima teguran keras dan menyakitkan, ego atau hidup kita yang butuh diselamatkan?

Kalau orientasi kita memang mau memiliki kehidupan yang BERTUMBUH, maka jangan pernah takut untuk menelan obat yang namanya KEBENARAN dengan kadar 100%, walau mungkin kadar pahitnya minta ampun...

Kalau obat enak rasanya dan menyenangkan tapi tidak menghasilkan dampak yg diharapkan, maka apa gunanya ?

Ini sebetulnya pemahaman yang sederhana, tapi banyak dari kita yang masih sulit untuk sampai pada penerimaan pemahaman ini.

Yang susah dan jarang berakhir dengan baik adalah saat kita menaruh prioritas sama besarnya, antara bertumbuh secara MANUSIA atau melindungi ego.

Memang harus diakui bahwa jauh didalam hati, dipermalukan dengan kata-kata KASAR itu tidak enak, tapi bila kata kata kasar itu memang mewakili 100% kebenaran, saya memutuskan kita semua harus belajar deal secara fair dengan hal-hal itu.

Dengan kata lain, kita harus belajar untuk punya sikap yg lebih baik dalam menerima dan mencerna nya.

Kata kuncinya sederhana: ego yang berlebihan akan selalu create SIKAP HATI YG SALAH.
Dan sikap hati yang salah, tidak pernah bisa bawa kita pergi jauh di kehidupan ini.

BAngun dan jadilah dewasa.




Wishnu iriyanto