Friday, May 4, 2007

Opini terhadap posting pilihan hidup

Salam kenal,

Saya saat ini belum berada di posisi manajemen di perusahaan
tempat saya bekerja. Namun diluar pekerjaan ini saya mendirikan
perusahaan bengkel motor.
Belum lama ini, saya mengikuti seminar motivasi dari Bp. Andrie
Wongso.. sejujurnya saya malah jadi bingung dengan posisi pilihan
hidup saya.
Mungkin rekan2 sekalian yang sudah jauh lebih banyak makan pahit
getir bekerja atau berwiraswasta bisa membantu mana yang sebaiknya
difokuskan.. Karena meski saat ini saya mampu handle keduanya, saya
merasa belum full kapasitas di keduanya.
Salah satu keuntungan, saya masih muda (27 tahun) namun yang
memberatkan beberapa saat ini saya akan menikah yang berarti nasib
yang saya tanggung akan bertambah.
Mudah-mudahan ada yang bisa sedikit membuka jalan pikir saya.
Maaf untuk moderator kalau jadinya malah seperti curhat.. :-) :-)

Tommy




Dear tommy,

Kalau boleh, saya ingin memberikan pandangan saya mengenai pilihan hidup antara pegawai dan wiraswasta.
Maafkan saya apabila saya tidak memberikan jawaban pasti mengenai ini, tetapi saya bisa menawarkan beberapa prinsip yg menurut saya sangat berkaitan dengan pertanyaan diatas dan berharap bisa membantu tommy dalam membuat jawaban atas masalah kamu sendiri.


Belakangan ini,banyak sekali pembicara dengan mudahnya mendorong orang untuk menjadi wiraswasta, menceritakan yg indah indah tentang bagaimana hasil akhir dari setiap pengusaha yang sukses "tanpa" secara sangat jelas menggambarkan resiko terburuk apa yang tersedia untuk profesi ini.
Saya tdk menentang rekomendasi untuk menjadi pengusaha (karena kebetulan saya juga memiliki usaha kecil saya sendiri), hanya saja, setiap pilihan selalu datang dengan konsekuensinya sendiri.

Menurut saya, menjadi pegawai ataupun menjadi wiraswasta mempunya kesulitan, resiko dan keuntungan nya sendiri sendiri. Saya tdk percaya bahwa menjadi pegawai atau wiraswasta lebih sulit dari yang lainnya, mereka hanya berbeda dan agak sulit untuk diperbandingkan. yang paling mempengaruhi dari kesuksesan adalah "mental menang". artinya, kalau seseorang memang memiliki "mental menang" yang baik, maka baik menjadi tentara, pegawai negeri, pegawai swasta ataupun mereka yg bermulai dari seorang pemulung sampah pun bisa menjadi sangat sangat sukses.

Pendapat ini setidaknya berusaha mematahkan argumen argumen dan pembelaan diri orang2 kalah dan gagal yang bilang:"kalau dulu saya masuk tentara (dan tidak jadi pegawai swasta), saya pasti bisa jauh lebih sukses dari sekarang ini." atau pendapat lainnya yang bilang:" coba dulu saya ambil jurusan nya marketing dibanding arsitek, saya pasti bisa jauh lebih kaya dari sekarang ini. Ini hanya pembelaan diri orang orang kalah.

Mari masuk kemasalah utama:
Kebetulan saya belum pernah jadi benar benar pegawai profesional dimasa lalu(saya memang pernah bekerja sebagai cleaning service semasa kuliah di sydney), dan langsung terjun kedalam dunia usaha, jadi mungkin pandangan yang saya coba bagikan,akan langsung dari point of view nya wiraswastawan.

Dan sebelum saya mulai membagikan prinsip prinsip yg sangat memberkati saya ini, pada saat menuliskan nya, saya tiba tiba teringat thn 96 dimana saya saat itu berumur 19 tahun dan berencana utk memulai bisnis saya sendiri, jadi secara sederhana pertanyaan tommy merupakan pertanyaan pribadi saya sendiri pada waktu itu, jadi tulisan ini walau saya bawakan dengan bahasa yang tidak rapi, tapi merupakan gambaran akan pemahaman saya (yg mungkin akan berbeda dng pemahaman rekan lain) mengenai dunia bisnis dan segala faktor faktor yg terlibat dan dalam menuliskannya sedikit melibatkan emosi pribadi, jadi mohon dimaafkan apabila dirasa kurang sesuai.

Beberapa prinsip yg harus diketahui dng sangat sangat baik oleh wiraswastawan:

prinsip pertama:
"Mereka yang memiliki 5 kelebihan extra (yg tdk dimiliki sama sekali oleh pesaing) baru hanya membuat organisasi nya sekedar bertahan hidup"

Nah,kebetulan tommy berusaha dalam usaha bengkel, saya membayangkan kalau jenis usaha ini cukup rendah entry barrier nya, artinya orang yg punya "modal lebih" bisa masuk dengan mudah ke bidang ini apabila mereka lihat tommy berhasil dan menghasilkan keuntungan banyak (ingat dijakarta / Indonesia walau keadaan sekarang tergolong susah, masih ada banyak sekali orang2bermodal yg saat ini sedang menahan uangnya sambil lihat2peluang apa yg bisa ditekuni).

Nah,kalau sampai usaha yang tommy rintis membuahkan hasil positif, dan cenderung berhasil siap nggak tomy untuk bersaing dengan orang orang yg bermodal jauh lebih kuat dari tommy?
Bahkan buka nya persis disamping toko nya tommy? ini bukan nggak mungkin lho..
Saya membayangkan, 5 kelebihan minimal yg ideal nya tommy miliki :
1. Hubungan pelanggan yang luarbiasa pribadi
2. Kejujuran owner maupun pegawai yg bekerja utk owner yg tdk bisa disaingi
3. Keunggulan ketrampilan teknik dari montir yg anda miliki
4. Jaminan hasil kerja yang 2x lipat lbh lama dari pesaing terdekat
5. Kecepatan kerja yg tdk terkalahkan dibanding dengan pesaing.
Kalau tommy bisa munculkan keunggulan keunggulan ini, walau pesaing besar dengan modal 100 x lipat dan buka persis disamping toko nya tommy, tdk akan dengan mudah kalahkan tommy dalam bisnis.
Ingat, 5 keunggulan ini hanya untuk sekedar bertahan dibisnis, belum untuk jadi kaya atau mendominasi pasar atau bahkan sampai punya deposito milyaran.

prinsip kedua
"kalau harga selalu jadi andalan anda dlm bersaing, anda bukan pengusaha sama sekali".

KAlau tommy saat ini melakukan penetrasi pasar dengan "menawarkan harga yg lebih murah dari pesaing", jangan cepat cepat tersenyum, karena suatu saat,akan muncul orang2 yg lebih efisien dan menawarkan harga lebih murah.
Bahkan bisnis benkel yg sudah exist yg merasa terganggu dan saat ini pasarnya tommy ambil alih pun,pasti akan "panas" dan melakukan hal yg sama bahkan bisa lebih extrem, kalau sampai ini yg terjadi,mau sampai kapan balik modalnya, karena permainan harga sangat berbahaya untuk bisnis jangka panjang,

Dibandingkan dengan mengadopsi "kebijakan harga", saya merekomendasikan untuk mengadopsi "kebijakan pelayanan" yaitu" bila jasa yg anda tawarkan luarbiasa baik, maka harga menjadi kurang sensitif". ini berarti kalau kualitas pelayanan tommy lebih baik dari pesaing terhebat, saya meragukan orang akan keberatan untuk bayar 20% lebih tinggi dibanding harga normal.
Karena kamu harus ingat: harga yang lebih murah tidak mendatangkan kesetiaan pelanggan yg permanent, hanya kualitas lah yg mengikat mereka utk tetap setia terhadap organisasi / usaha kamu.

prinsip ketiga
Kalau mau jadi pengusaha sejati, harus siap minimal 2 x bangkrut dan siapkan 1 ember besar utk tampung air mata kamu yg pasti akan jatuh dalam proses nya.

Ini prinsip yg jarang sekali diangkat secara mendalam oleh motivator2 diluar sana, yang mana seringkali mereka cenderung hanya memperdengarkan kabar2termanis yg mungkin terjadi, jarang sekali mereka memperdengarkan kabar2 terburuk yg mungkin saja mendatangi para pengusaha. Karena kalau kamu baca biografi maupun kebetulan punya mentor pribadi yg kebetulan pegusaha sejati, pasti mereka sependapat kalau "untuk mau naik tinggi, harus siap dengan jatuh sampai berdarah darah".
Prinsip ini termasuk yang terpenting. Intinya, sebelum kamu "nyemplung" ke dunia bisnis, jangan..jangan...jangan...jangan pernah membayangkan jumlah uang yg kamu bisa kumpulkan dulu, tapi bayangkan atau tanyakan...."apa resiko paling jauh yg bisa saya terima kalau keputusan ini yang saya ambil."
Siap nggak tommy untuk kehilangan semua harta dan aset aset?


prinsip ke empat

"Berkat Tuhan yang menjadikan kaya, susah payah tdk akan menambahinya".

Pernah nggak tommy ketemu, orang yang kerja nya on time (8 jam sehari - cuma 5 hari seminggu) menjadi makin sukses, dan tambah sukses....sebaliknya ada orang yang kerja 15 jam sehari tapi hanya cukup utk sekedar makan saja. Atau ada om saya, seorang pengusaha hebat dan cerdas luarbiasa, pada saat dia mulai berbisnis, dia membanggakan sekali kualitas latar belakang pendidikan dan koneksi yg dia miliki, dia berpikir karena saya pintar,cerdas, ulet, gigih dan punya koneksi kuat, saya pasti berhasil....hasilnya 9 thn pertama selalu diwarnai dng kegagalan, kegagalan dan kegagalan.
Baru pada saat dia benar2 minta ampun pada Tuhan atas kesalahannya (dia suka main perempuan dan selalu membanggakan kelebihan2 individunya), baru Tuhan buka jalan dan sukses, sampai ada satu kata yg tdk pernah saya lupakan waktu saya kecil dulu yg dia ucapkan: kok heran ya, saya rasa berkat kok nggak berhenti berhenti "ngejar saya". Masa saya tidur aja, dibangunin orang hanya karena dia mau nawarin kontrak besar kesaya, padahal di luar sana khan banyak perusahaan yg lebih hebat dari saya, ini pasti campur tangan TUHAN.

Kita harus ingat, beberapa kebudayaan menyebut ini hoki, rejeki, luck dll. Semua agama bahkan secara jelas mengajarkan bahwa TUHAN/ ALLAH adl yg mengatur rejeki atau berkat, jadi point ini harus benar benar dingat. karena saya percaya, seberapun pintarnya, cerdasnya, ulet nya dan gigihnya, tapi kalau Tuhan belum buka jalan, sampai merangkak rangkak pun tdk akan menemukan apa apa dalam usaha yg ditekuni nya.

Waktu saya diajar mengenai prinsip ini, pertanyaan saya sederhana;"kalau Tuhan yg kasih berkat kenapa ada orang orang jahat, licik, culas, koruptor dsb bisa kaya juga? ini pertanyaan yg jawabannya saya temukan agak lama (sampai pada tahap memuaskan hati saya).

jawaban yg saya temukan untuk pertanyaan ini adl:
Kekayaan di tangan orang benar mendatangkan kebaikan, kedamaian dan berkat bagi sekeliling (artinya Tuhan meminjam tangannya agar dia mampu memberkati sekelilingnya).
Tapi bagi orang jahat, kekayaan mampu juga diberikan oleh setan dan semacamnya tapi malah untuk membuat dia sengsara, mendatangkan kesedihan, ketidak bahagiaan, kerusakan permanent dan cenderung menghancurkan hidup mereka bahkan bisa mempengaruhi sampai ke generasi generasi berikutnya.

JAdi hati hati sekali dalam memilih langkah untuk menjadi kaya, karena semua jalan bisa/mungkin menjadikan kita kaya tapi hasil akhir dan efek kekayaan itu sendiri bisa sangat berbeda.

prinsip ke lima
Pengusaha yang keras kepala akan mencapai tujuan akhirnya JAUH lebih lama dari pengusaha yg punya sikap hati baik dan rendah hati.

Mari bayangkan kamu dalam perjalanan dari titik A ke titik B (sukses). diumpamakan, untuk mencapai titik B, kamu harus melewati 50 lubang lubang masalah, karena ini memang proses alami setiap orang bisnis.
Beberapa lubang masalah saya percaya memang kamu harus lewati dengan kejeblos, karena itu membuat kamu jadi mengerti secara mendalam, membuat pemahaman kamu jadi lebih baik dan kamu menjadi makin kuat secara kapasitas pribadi. Tapi sebetulnya, walau memang ada beberapa lubang yg kamu harus terjatuh, sebetulnya kamu nggak perlu jatuh ke semua lubang lubang masalah tadi apabila kamu cukup rendah hati utk belajar dan mendengarkan dari sekeliling

Saya beri contoh pribadi:
Bisnis saya dalam dunia pendidikan, suatu saat ada orang yg sangat pintar memberikan saya advise utk coba menekuni bidang warnet, karena katanya menguntungkan. setelah saya survey secara pribadi, memang benar adanya. Saya tanya keluarga, apakah boleh saya menekuni bisnis tersebut, jawaban mereka adl JANGAN, karena akan membuat saya tidak fokus di bisnis utama. dengan bermodal beberapa alasan dan ke keras kepala an yg saya miliki, saya tetap tekuni. walau saya sadar saya tdk punya kompetensi, saya percaya saya punya orang2 yg punya kompetensi. ternyata karena alasan kompetensi tadi ditambah juga ke tidak mampu an saya membagi kosentrasi di 2 bidang yg berbeda, bisnis di warnet saya berantakan dan mengakibatkan kerugian 250 jt.
Setelah rugi dan saya renungkan, baru saya mengerti, bahwa pelajaran saya yg bernama "fokus" bernilai 250 jt. padahal fokus adalah kata2 yg tidak asing oleh saya sejak SMP.

Bayangkan, kalau saja saya lebih rendah hati utk mendengarkan sekeliling saya, 250 jt tadi apabila di cemplungkan ke dalam bisnis utama saya, pasti hasilnya berbeda sekarang ini.

Jadi memang ada lubang lubang masalah yg sebetulnya bisa saya hemat (tdk perlu kejeblos dulu-sebelum mengerti dng baik), apabila saya punya sikap hati yang lebih baik.


prinsip ke enam
Bisnis bicara jam terbang. Jangan mimpi utk bisa cepat besar kalau minim jam terbang dan pengalaman

Saya percaya, walaupun lulusan harvard dengan nilai terbaik pun kalau memulai bisnis sendiri, nggak jamin pasti berhasil di usaha nya yg pertama kali, karena bisnis bukan teori, tapi benar benar praktikal.
Kalau lulusan harvard cuma jadi konsultan bisnis atau marketing, peluang berhasilnya malah lebih besar (krn jauh lebih mudah mengajari daripada melaksanakan) dibanding jadi pengusaha sungguhan. ini beneran lho...;)

Ada satu cerita menarik yg saya bisa bagikan yg saya dapatkan dari client saya, bagaimana cara ia mendidik anaknya menjadi pengusaha yg baik. Sebut saja anaknya bernama anthony. dan orangtuanya bernama pak harry.
Anthony ini lulusan MBA sekolah ternama di aussie bahkan masuk dalam 10 lulusan terbaik. pada saat dia pulang ke indo, dia bilang sama papa nya bahwa dia punya satu rencana bisnis yg sangat baik dan dia membutuhkan modal seminim minim nya 1 milyar utk bisa mulai terjun di bisnis yg direncanakan ini.
Tapi yg menarik adalah jawaban papa nya, dia bilang, anthony, walaupun kamu lulusan yg membanggakan, kamu harus ingat kalau teori yg kamu pelajari bisa sangat berbeda di banding dunia usaha secara nyata, kamu memang pintar, tapi jam terbang kamu minim, pak harry menambahkan, jangankan 1 milyar, semua harta saya bisa kamu pinjam hanya saja kalau kamu memang menunjukkan kecakapan dan jam terbang yang dibutuhkan dlm dunia nyata. saya akan berikan kamu test yang didasarkan pada prinsip : "siapa yg cakap dalam perkara kecil dia pasti cakap dalam perkara besar".

Nah, saya akan mulai berikan kamu 5 jt, dan saya ingin kamu gandakan menjadi 10 jt dalam maksimal 3 bulan. kalau tenyata kamu bisa, test berikutnya akan mencakup angka 50 jt, 250 jt dan terakhir 1 milyar. semuanya sama, harus bisa digandakan dalam 3 bulan.

Anthony menjadi terkejut dengan angka 5 juta, dia bilang, pak buka warung aja butuh uang diatas 5 juta, apa yg saya bisa bikin dengan angka sebesar itu.
JAwaban papa nya sangat menarik; "justru dengan semua kepandaian kamu dari sekolah, kamu harus bisa kreatif dalam gunakan uang. karena sebetulnya kemampuan sejati dalam bisnis adalah bagaimana kamu menggunakan uang yg sangat sedikit, mengembangkan semua imajinasi kamu dan merubah itu jadi uang besar.

lalu anthony menggunakan uang yg 5 jt itu utk masuk ke dalam bisnis asuransi dan menjadi agen property yg relatif tanpa modal, dia bergerak sangat efisien dan termotivasi oleh target 3 bulan utk gandakan jadi angka 10 jt. begitu dia bisa capai target itu, sisa nya hanyalah cerita legenda.
terakhir yg saya tahu, papanya bahkan bersedia menjaminkan seluruh asset nya hanya untuk memodali usaha anaknya.

PApanya bilang sama saya, pada saat saya tahu dia bertanggung jawab penuh pada uang senilai 5 jt, 50 jt dan 250 jt....saya tahu dia sudah mengembangkan kapasitas, jam terbang dan pengalaman, maka saya tahu kalaupun dia saya percayakan semua aset dan harta saya kelak, saya percaya dia tdk akan mengecewakan.

untuk saya ini benar benar cerita yang baik mengenai sudut pandang tentang uang kecil dan uang besar, tentang bagaimana orang yg bertanggung jawab terhadap uang kecil pasti bertanggung jawab terhadap uang besar.

Ada satu cerita lagi mengenai jam terbang.

Ada satu keluarga bisnis yg mengerti sekali mengenai penting nya jam terbang bisnis utk diajarkan sedini mungkin pada anak anak mereka.

Sedari kecil (mulai kelas 3 sd), anaknya didorong berusaha.walaupun cuma berbentuk dasar dasar bisnis..anak perempuannya diajar bisnis menjual pita rambut dan aksesoris anak anak kepada teman teman sekelas yg dibeli nya dari mangga dua. modalnya waktu itu cuma 15.000....pada mula nya anaknya rugi karena terlalu polos, tapi orang tua nya bilang, rugi nggak apa apa, yg penting kamu belajar ttg bagaimana rasa nya ditipu orang, bagaimana mengatur uang, bagaimana menangani pelanggan yg berhutang, bagaimana melihat trend, bgmn memberikan servis yg berqualitas, bagaimana cara bertanggung jawab terhadap janji, bagaimana belajar melihat teman yg bisa dipercaya dan tidak dll. dan ini berlanjut terus sampai anak tersebut bahkan di bangku kuliah dengan jenis bisnis yg berbeda beda.

Orang tua ini secara tdk langsung sdg mengajar anak anak nya penting nya jam terbang dalam dunia bisnis, menurut saya, metode pengajaran ini sangat efektif dan murah. Karena sebetulnya esensi permasalahan dalam bisnis itu pada dasar nya adalah sama. Baik itu menjual pita ber modalkan 15.000 ataupun menjual jasa yg bermodalkan 1 milyar. Pada prinsipnya sama, hanya beda dalam tingkat komplikasi nya.


prinsip ke 7
Kecakapan bisnis yg berhasil dan sehat tdk diukur oleh banyaknya uang yang dihasilkan setiap bulan, tapi diukur dari banyaknya uang yang bisa ditabung setiap bulannya.

Saya rasa prinsip ini tdk usah diuraikan lagi ,karena seperti yg kita semua tahu banyak sekali bisnis yg kelihatan keren, mewah dan glamour yang misalnya menghasilkan pendapatan kotor 200 jt / bulan tapi pengeluaran juga diangka yg sama sehingga tdk ada yg bisa ditabung, sementara tukang bakso di pojok jalan, hanya menghasilkan pendapatan kotor sebesar 5 jt / bln, tapi berhasil menekan semua biaya sampai dng 2.5 jt/bln dan akhirnya setiap bulan mampu menabung sebesar 2.5 jt.
PAda akhirnya siapa yg lebih sehat bisnis nya?

prinsip ke 8
Setiap pengusaha harus memiliki kemampuan untuk bertumbuh dan memecahkan masalah secara mandiri.

Kalau pegawai ketemu masalah rumit pada akhirnya mereka bisa menyerahkan kembali masalah tersebut pada atasan. Tapi kalau pemilik bisnis ketemu masalah rumit pilihan nya tidak ada, dia harus memecahkan masalah itu, bagaimana pun cara nya.
Utk membantu dalam mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, Pemilik usaha sangat disarankan untuk banyak bergabung dalam komunitas komunitas sejenis (seperti milis ini misalnya), aktif membaca hal hal baru, rajin merenungkan segala sesuatu yg mungkin ada kaitan dng usaha yg tekuni atau permasalahan yg dihadapi ataupun mengembangkan kerendahan hati utk belajar dari sekeliling.
Utk masalah belajar dari sekeliling saya ada cerita menarik dimana inspirasi masalah saya dipecahkan malah oleh pembantu rumah tangga saya.

ceritanya begini; dulu sekali pada saat saya mulai bisnis, saya selalu percaya kalau kunci utama adalah meng hire pegawai bagus yg relatif mahal.padahal kemampuan financial kami sangat terbatas. Hal ini akhirnya malah jadi mengganggu kosentrasi saya karena saya ber anggapan tanpa pegawai bagus, usaha saya akan lambat bertumbuh. begitu melekatnya konsep ini bahkan saya jadi merasa sudah kalah lebih dahulu sebelum bertanding.(paradigma dasar yg mempengaruhi tindakan).
Tiba tiba suatu malam saya sedang makan bakso didepan rumah, dan saya tawarin pembantu saya (yg sudah lama bekerja pada kami - jadi tergolong senior), sambil makan sama sama, tiba saya berbicara soal keadaan rumah dimana ada beberapa pembantu yg keluar bersamaan sehingga rumah jadi agak lebih berantakan, saya tanya pendapat pembantu saya kenapa bisa ada kejadian seperti itu, dia menjawab; "habis ibu (maksud nya adl org tua saya) milihnya pembantu yg masih muda, jadi ya seringkali nggak setia dan nggak bisa dipegang komitment nya."

Saya langsung tersentak, tiba tiba pikiran saya kembali ke masalah pribadi saya di kantor. Memang saya berpikir kalau saya memiliki pegawai dng latar belakang sekolah yg bagus, prestasi akademik yg luarbiasa dan penampilan yg menunjang. Padahal bisnis adl perang jangka panjang. Jauh lebih diperlukan orang orang berkomitment, setia dan berkarakter baik dibanding kriteria tradisional saya tadi.
Sejak saat itu paradigma saya berubah dalam memilih anggota team saya dan hasil akhirnya saya merasa jauh lebih baik dan kami menjadi lebih percaya diri dalam melangkah serta saya jadi lebih bisa menghargai orang orang yang saya miliki saat ini.

prinsip ke 9
Tanpa kekuatan karakter individu extra&keahlian dalam memperlakukan orang disekeliling, jarang sekali ada bisnis yang mampu lewati fase kematian pertama (siklus 5 thn pertama)

Terutama untuk pengusaha baru, seringkali banyak keterbatasan yg dimiliki, seperti modal, pengetahuan yg minim maupun keterbatasan akan sumberdaya manusia. Jadi kita sangat membutuhkan banyak sekali bantuan pihak ke 3 seperti pegawai, supplier, pelanggan dan semua pihak yg terkait. Kalau saja pengusaha tersebut tdk mengembangkan keahlian dalam manusia secara memadai, kira kira siapa yg akan dengan sukarela membantu dia bertumbuh dan survive di fase2 awal keberadaannya ?
Bahkan ada pepatah perang yg sangat memberkati saya yaitu:

"Kalau pemimpin memiliki karakter yang luarbiasa unggul, pengikut akan mengikuti dengan sendirinya dan kejayaan menyusul secepatnya."


prinsip 10
Jangan boroskan sumberdaya anda, berperanglah hanya pada saat anda benar benar yakin bahwa peluang anda menang min 80%

Saya percaya peluang bisnis itu sebetulnya banyak, masalah nya adalah kemampuan meng eksekusi peluang. Kalau dalam perang, keberhasilan meng eksekusi suatu tindakan dipengaruhi oleh kondisi medan, keadaan cuaca, kemampuan sumberdaya manusia kita, keadaan perbekalan terutama apabila menghadapi perang jangka panjang, faktor pengalaman(jam terbang), kecepatan bergerak para pasukan, disiplin organisasi, kondisi lawan, perbekalan lawan, kecakapan lawan secara mendetail, dukungan lingkungan sekitar, dll.

Apabila semua itu sudah dikuasai dengan baik dan kita yakin min 80% akan keberhasilan tindakan yg akan kita lakukan, maka majulah berperang, tapi apabila peluang menang kurang dari 80%, urungkan niat anda. KArena dalam perang/bisnis terlalu banyak variabel yg semula tidak kita perhitungkan, dapat mengacaukan bahkan membuat kita kalah. Hanya berperang pada saat anda yakin menang.

prinsip 11
Secara alami, pengikut pengikut hebat mengikuti pemimpin pemimpin hebat.

Kebanyakan pegawai yg benar benar bagus, tidak bisa dipertahankan hanya dengan gaji besar. Secara alami, mereka membutuhkan pemimpin yg mana selain mampu bayar mereka tapi juga bisa membuat mereka bertumbuh mencapai kapasitas maksimalnya. Seringkali alasan kedua yg mendominasi. Jadi kalau pemula bisnis, berpikir kalau dia punya modal besar, bisa bayar orang bagus, tanpa megembangkan kemampuan dan kapasitas pribadi nya sendiri, adakah jaminan pegawai pegawai tersebut akan memberikan performance terbaik nya mereka? sangat naif. Uang belum tentu bisa beli apapun.

prinsip 12
Hukum pareto dlm hasil yaitu 80% usaha anda hanya menghasilkan 20% hasil, tapi setelah momentum terbentuk, 20% usaha menghasilkan 80% hasil.

Pada waktu saya memulai bisnis saya, 4 bulan pertama penjualan kami adalah nol.......bukan untung yg nol.....tapi penjualan.....nol besar.
Begitu frustasi nya saya, sampai saya mengeluh pada salah seorang mentor pribadi saya mengenai kondisi ini. Tapi dia hanya bilang, itu alami kok. dia ceritakan mengenai suatu ilustrasi:

Bayangkan kamu sedang berusaha memutar satu lempengan baja murni yg berbentuk koin raksasa ber diameter 10 m dan tebal 1 m. mungkin kira kira beratnya 100 ton dan terpasang pada sumbu nya.

Mungkin hari pertama kamu hanya akan berhasil menggerakkan sejauh 1 meter perhari. tapi apabila kamu terus berjuang dengan konsisten dan tdk menyerah, mungkin di hari ke 30 kecepatan kamu sudah mencapai 2m/hari...lalu di bulan ke 3 sejauh kamu konsisten kamu sudah bisa mencapai 4 m/hari dan akhirnya di akhir thn pertama kecepatan putaran kamu sudah bisa mencapai 1 putaran perhari. sesudah mencapai satu putaran, lama kelama an kegiatan mendorong koin raksasa tersebut menjadi makin mudah dari hari ke hari karena MOMENTUM koin raksasa tersebut mulai terbentuk. lama kelamaan momentum itu bahkan mampu menggerakkan roda tersebut tanpa perlu ada bantuan tenaga kamu..makin lama makin cepat..makin cepat dan makin cepat.....sehingga tanpa disadari.....roda itu mampu berputar 100 kali putaran tanpa perlu bantuan tenaga sama sekali dari kamu....

Hal yg sama juga terjadi pada bisnis mula mula...menggerakkan mereka sangat berat dan sulit..bahkan mula mula kelihatan mustahil...tapi apabila kita tetap konsisten, bertekun dan tdk mengenal menyerah...suatu saat momentum itu pasti terbentuk.....dan pada saat momentum itu terbentuk..bahkan bisnis itu sendiri bisa bertumbuh menjadi besar tanpa kamu campur tangan terlalu banyak....yg penting hanyalah satu: BERTEKUNLAH.

ilustrasi ini sangat memberkati sehingga saya membulatkan tekad utk tdk menyerah sampai saya melihat momentum saya terbentuk, karena saya percaya selain kerja keras, Tuhan juga pasti memberkati setiap pejuang.


Selamat berjuang dan semoga beruntung

Pelajaran bisnis dari amsal salomo bagian 6

Prinsip:

Bodohlah yang menyatakan sakit hatinya seketika itu juga,
Tetapi bijak yang mengabaikan cemooh



Temuchin, adalah seorang besar dari tanah mongol yang kemudian akhirnya mendirikan dinasti khan yang pada akhirnya menguasai daratan china dan menjadi begitu terkenalnya diseluruh dunia.
Temuchin mempunyai salah satu kelebihan yang hebat yaitu kemampuannya dalam menahan diri terhadap emosi.

Pada saat dia sudah hebatpun dan menguasai banyak sekali wilayah serta mempunyai kendali atas jutaan tentara-tentara militant, dia hanya memutuskan untuk berperang bila perlu, bukan bila emosinya disenggol.

Dalam salah cerita versi komik, si pengarang menuliskan sebuah kalimat dramatis yang diucapkan oleh temuchin kepada ahli warisnya mengenai hal menahan diri, yaitu;

Seorang raja yang keras kepala dan tidak mampu menahan diri untuk berperang tanpa alasan yang benar benar kuat, dia hanya akan menjerumuskan rakyat dan bala tentara yang mempercayainya kedalam satu proses kehancuran yang tidak dapat dihentikan oleh siapapun kecuali oleh egonya.

Menurut saya. Kemampuan mengendalikan diri tidak sama dengan kelemahan diri, justru mereka yang cakap dalam mengendalikan diri memperlihatkan kehebatan dirinya, karena bukankah salah satu pepatah kita pernah bilang bahwa musuh terberat kita adalah hawa nafsu kita, yang tentunya termasuk juga nafsu untuk marah.

Saya pernah bertemu beberapa orang yang berasal dari suku A atau suku B, dimana mereka seringkali membanggakan bahwa nilai nilai yang mereka anut dari suku dimana mereka berasal, sangat menjunjung tinggi kehormatan, dan bersedia mati demi kehormatan.

Salah satu contoh, om kandung saya sempat mengalami satu posisi hebat dalam bisnisnya (menurut ukuran keluarga kami).
Ia berasal dari satu daerah di sulawesi, dimana ia dibesarkan dengan nilai nilai yang tinggi berkaitan dengan kehormatan dan harga diri, maka seringkali pada saat saya remaja, saya amati dia sering terlibat masalah yang sebetulnya tidak begitu esensial dan menyita banyak sekali sumberdaya materi, energi, waktu dan pikiran-nya hanya karena dia merasa orang itu sudah menyinggung harga dirinya dan dia merasa bahwa dia harus melakukan sesuatu yang setimpal untuk memulihkan harga dirinya yang dirasa sudah terkoyak.

Pernah satu kali, saya dengar dari orangtua saya, dia menghabiskan banyak sekali uang, waktu dan tenaga untuk “tindakan bisnis yang saling membalas” secara terbuka di industri yang ditekuni-nya melawan salah satu pesaingnya hanya karena dia mendengar si pesaing tersebut menjelek-jelek-an dia secara pribadi dibelakang punggungnya.

Pada akhirnya, bisa ditebak, tidak ada yang menang, kedua-duanya merugi, kehilangan banyak uang, kehabisan energi yang berharga dan tersitanya secara sia-sia potensi yang sebetulnya cukup banyak untuk menumbuhkan bisnis-nya hanya karena terjebak peristiwa konyol nan bodoh tersebut atas nama harga diri serta kehormatan.

Joseph joubert pernah berkata;

Jangan pernah memotong apa yang dapat dibuka ikatannya.

Saya berpendapat, menjunjung tinggi kehormatan adalah hal yang mulia, tetap memilih berkonfrontasi untuk menyelesaikan suatu permasalahan mengenai kehormatan dimana sebetulnya masih tersedia banyak pilihan alternatif lain yang jauh lebih bijak dan elegan, adalah benar benar satu kebodohan yang tiada taranya.

Saya mungkin masih muda dan kurang mengerti konsep kuno mengenai makhluk yang bernama harga diri dan kehormatan, hanya saja saya tetap yakin pada nilai yang saya anut dan dituliskan oleh salomo dalam salah satu amsalnya, yaitu;

Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan.

Saya percaya, kemampuan menahan diri yang sejati terhadap ejekan, celaan dan fitnah sekalipun, bukanlah berasal dari suatu teknik yang dilatih secara khusus melainkan berangkat dari hati yang penuh pengampunan.

Dan seperti yang kita semua tahu, mengampuni hanya mungkin bila hati kita penuh dengan kasih yang tulus dan murni akan sesama, bukan sekedar segolongan, atau berlainan gender atau kasih yang mempunyai syarat.

Mereka yang memiliki hati mengampuni, pasti akan mempunyai kontrol diri jauh lebih baik dibandingkan mereka yang sekedar mempelajari teknik-teknik dalam menahan amarah maupun memindahkan amarah, karena menahan amarah atau sekedar memindahkan amarah ke hal yang paling positif sekalipun tetaplah merupakan satu amarah yang hanya berubah bentuknya tapi tidak berubah sifat dasarnya.

Dan amarah yang telah berubah bentuk tapi tidak terselesaikan tersebut, bisa membawa kita kedalam fase yang lebih tinggi yaitu dendam dimana itu cukup untuk menyeret kita kedalam pusaran kesulitan dan penderitaan yang lebih dalam lagi.

Dan saya percaya, tiap kita sudah mengerti dengan baik sekali bagaimana dendam bisa menjadi perusak yang sangat dahsyat dalam hidup kita dan dendam yang cukup besar dan ber-akar dalam bahkan mampu menghalangi banyak hal hal baik yang seharusnya kita terima dalam hidup ini.

Larry Bielat menuliskan efek negatif lain dari hati yang tidak dapat mengampuni;

Orang yang tidak dapat mengampuni, menghancurkan jembatan yang suatu hari nanti mungkin ia perlu lewati.

Sebagai penutup, saya merekomendasikan kita merenungkan sebuah tulisan yang tidak diketahui pengarangnya tapi sangat relevant dengan hal ini;

Semua orang harus mempunyai tanah makam khusus
untuk mengubur kesalahan sahabat dan orang yang dikasihinya
Mengampuni adalah membebaskan seorang tahanan,
dan tahanan itu adalah anda sendiri.





Belas kasih Tuhan terhadap kita sebanyak belas kasih kita terhadap orang orang disekeliling kita.


-wishnuiriyanto-
http://wishnuiriyanto.blogspot.com

friendster;
Nama; Wishnu iriyanto
Lokasi; Australia

Thursday, May 3, 2007

Pelajaran bisnis dari amsal salomo bagian 5

Prinsip;

Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak,
Tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang

Kalau sebagai pebisnis, kita cenderung hanya bergaul dengan sesama pebisnis yang rata-rata, berpikiran rata-rata, memiliki visi yang rata rata dan mempunyai tingkat kepositif-an yang rata-rata, maka percayalah, hasil kita yang sebetulnya hanya rata-rata pun sudah akan dianggap luarbiasa oleh mereka.

Dan seperti yang pernah saya tulis dalam pelajaran bisnis menurut amsal salomo terdahulu, lebih jauh lagi bila kita sudah berpuas diri atas kekaguman yang muncul terhadap prestasi yang sebetulnya masih relative rata-rata tersebut, dan malas untuk masuk ke gelanggang komunitas yang lebih tinggi untuk meningkatkan standard pencapaian kita, maka kelengahan ini akan membuat kita tertinggal makin jauh dibanding pergerakan pergerakan besar yang tengah terjadi diluar sana dengan intensitas yang terus meningkat dari hari ke hari.

Sebuah pameo lama berkata;
Kita cenderung menjadi produk lingkungan kita.

Artinya, lingkungan dimana kita bergaul akrab didalamnya, cenderung akan mempengaruhi dengan kuatnya pemikiran pemikiran kita, tindakan-tindakan kita, latar belakang dari semua keputusan kita, komitmen komitmen yang kita tetapkan dimasa mendatang serta menjadi indikasi terhadap arah yang kita tuju.

John mason menuliskan dalam salah satu bab tulisannya;

Katakana pada saya siapa sahabat terbaik anda, dan saya akan katakana kepada anda siapa anda. Jika anda berkumpul bersama serigala, anda akan belajar melolong, tetapi jika anda bergaul dengan elang, anda akan belajar cara membubung mencapai ketinggian yang luarbiasa.

Bergaul terlalu dekat dengan tipikal orang rata-rata, baik dalam pemikiran, ide, pencapaian dan visi selain menghambat pertumbuhan kita sedemikian rupa, komunitas jenis ini cenderung juga bisa mempengaruhi kobaran api motivasi dalam diri kita. Mimpi mimpi besar yang kita bangun dalam angan angan kita, bisa bergeser sedemikian rupa diatas teori pembenaran yang bernama rasionalitas maupun kenyataan hidup.

Visi-visi hebat yang tadinya terasa begitu mungkin untuk dijangkau, setelah bersinggungan dengan komunitas model ini, seringkali menjadi kabur dan terlihat begitu jauh hanya karena komunitas rata-rata ini yang seringkali justru berisi orang orang pintar secara akademik, tajam dalam berpikir dan relative cakap dalam profesinya, tapi sebetulnya miskin secara visi dan lemah dalam daya terobos.

Dan semakin lama kita bergaul dengan mereka yang rata-rata tersebut, maka semakin bertumbuh-lah pemikiran didalam kepala kita hal hal yang sebelumnya kita abaikan sama sekali seperti;
Bahwa keahlian berbisnis adalah berbentuk gen yg diwarisi dari generasi ke generasi melalui hubungan darah atau ras. Dimana mereka yang tidak mewarisi gen dagang atau gen bisnis, kecil kemungkinan menjadi pengusaha besar.
Pencapaian bisnis hebat hanya mungkin terjadi pada mereka yang datang dari keluarga bermodal keuangan hebat, karena mana ada sih bisnis yang benar benar hebat yang bisa tumbuh oleh sekedar semangat kuat dan modal keuangan yang cenderung hanya modal dengkul?
Bisnis yang berhasil hanya bisa dibangun diatas koneksi yang kuat yang tentunya harus dibangun diatas investasi keuangan yang tidak kecil untuk memeliharanya. Dan tanpa koneksi yang kuat, seberapa besar sih bisnis baru kita bisa tumbuh?
dll.

Di satu sisi, saya memang mencoba untuk memberitahu bahwa dari orang orang gagalpun kita bisa memetik banyak sekali pelajaran berharga, tetapi memetik pelajaran dengan menjadi lengket adalah 2 issue yang sama sekali berbeda.

Bergaul dengan orang orang hebat, memang tidak membuat bisnis-bisnis kita secara otomatis langsung menjadi hebat, hanya saja dengan bergaul akrab dengan komunitas ini , atmosfir dan spirit mereka-mereka yang hebat dalam pencapaian, maupun kuat dalam visi umumnya bisa menular sedemikian rupa, dan roh yang mempengaruhi semangat juang unutk menciptakan sesuatu yang benar hebat, yang mengatasi segala keterbatasan kita, akan lebih mudah untuk dibangkitkan dan dibakar.

Salah seorang pengarang buku yang tulisan tulisannya umumnya berfokus pada motivasi, pernah berkata bahwa 5 orang sahabat yang tepat lebih baik dari 50 sahabat yang bercampur aduk.

Dan sebagai penutup, ada baiknya kita merenungkan sebuah peribahasa Bulgaria yang meneguhkan statement diatas;

Jika anda mendapatkan diri anda mengambil dua langkah maju dan satu langkah mundur, pastilah ini karena anda sudah menjalani pergaulan yang campur aduk didalam hidup anda.


Semoga berguna

-wishnu iriyanto-

Pelajaran bisnis dari amsal salomo bagian 4

Prinsip;

Karena perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya,
dan teguran yang mendidik itu jalan kebenaran


Seorang penulis buku laris yang bernama John mason menulis dalam salah satu bukunya yang berjudul “mustahil menjadi mungkin”, sebuah kalimat yang menurut saya sangat baik untuk direnungkan;

Hanya pikiran yang lapar yang dapat bertumbuh

Harus kita akui, ada begitu banyak prinsip prinsip yang mengandung kebenaran dan kebijaksanaan di luar sana . Bahkan bila kita memutuskan untuk mendedikasikan seluruh hidup kita dengan mempelajari semua kebenaran dan kebijaksanaan tersebut, sampai akhir hayat kita pun kita hanya dapat mempelajari secuil dari seluruh kebenaran yang ada.

Tapi walaupun semua pengejaran akan semua kebenaran itu tidak akan pernah sanggup untuk kita kuasai seluruhnya, hanya saja mereka yang terus menerus merasa lapar dan haus akan kebenaran, hikmat dan kebijaksanaan dan mengejarnya seperti seseorang mengejar sesuatu yang sangat berharga, maka saya percaya itu semua akan membawa dia kedalam satu pencerahan luarbiasa yang akan membawa dia terus naik dari satu level ke level yang lebih tinggi secara konsisten baik itu dalam bisnisnya dan kehidupannya.

Pelajaran pelajaran tentang kebenaran, kebijaksanaan dan hikmat, tidak selalu mahal. Banyak sekali yang sebetulnya tersedia dengan gratis.
Orang orang yang kita anggap kecil dan tidak berpendidikan disekeliling kita, belum tentu dalam kebijaksaan hidup, mereka lebih rendah dari dosen dosen kita yang terhormat dan mempunyai gelar yang hebat hebat.

Dari seorang tua yang menjual makanan dipojok jalan, apabila kita mengabaikan agamanya, penampilannya, tutur bahasanya, apalagi level bisnisnya, dan bila sikap hati kita benar untuk diajar, saya percaya kita bisa menggali begitu banyak ajaran ajaran yang bernilai tinggi dan bersifat universal.

Hanya karena kita memeluk satu agama dan mempercayai semua pengajaran-pengajar an didalamnya, saya percaya tidak berarti agama kita telah memonopoli semua kebenaran dan kebijaksanaan yang ada di muka bumi ini.

Saya berpendapat, sikap picik telah membawa banyak sekali orang-orang yang seharusnya mampu menjangkau lebih jauh dari apa yang dicapainya saat ini, tertahan pada levelnya sekarang, karena mereka menolak semua kebenaran-kebenaran selain dari kebenaran kelompoknya.

Hanya karena si pengajar berbeda latar belakang akademik, penampilan yang jauh dari meyakinkan, tutur bahasa yang dirasa kurang intelektual, strata social yang jauh berbeda, apalagi berbeda latar belakang kepercayaan, maka banyak dari kita akan menolak semua esensi pengajaran-pengajar an kebijaksanaan yang bersifat paling umum sekalipun dimana menurut saya ini sesuatu yang sangat menyedihkan.

Dalam hal teguran pun sama, apabila teguran diucapkan dengan suara yang kita anggap kurang sesuai, pemilihan lokasi teguran yang dianggap tidak memadai, bahasa tubuh si penegur yang dianggap menyinggung hati, kita pada akhirnya memilih untuk berfokus & berkonfrontasi pada hal hal tersebut dibanding memusatkan diri pada esensi teguran tersebut.
Untuk orang orang seperti ini, salomo menambahkan;

Kemiskinan dan cemooh menimpa orang yang mengabaikan didikan
tetapi siapa mengindahkan teguran, ia dihormati

Sebetulnya kalau kita renungkan sedikit lebih dalam, kemampuan kita untuk menerima perintah, bersikap benar dalam menerima teguran maupun pengajaran, sebetulnya berbanding lurus dengan level kerendahan hati untuk dibentuk.

Apalagi mereka yang sudah terlibat dalam bisnis, makin tinggi jabatan dan keterlibatan didalamnya, makin kompleks permasalahan yang dihadapi serta makin besar resiko terjungkalnya, maka level kerendahan hatinya seharusnya jauh lebih besar dari mereka yang berada jauh dibawahnya.

Kalau makin hebat bisnis-nya dan ternyata ego serta kesombongannya meningkat berbanding lurus dengannya, maka saya perlu ingatkan prinsip keras yang berbunyi;

Kecongkakan mendahului kehancuran,
dan tinggi hati mendahului kejatuhan

Memang bersikap rendah hati tidak pernah semudah mengucapkannya, hanya saja mereka yang mengerti prinsip penting yang berbunyi Kerendahan hati mendahului kehormatan, dan terus melatih kadar kerendahan hatinya makin tinggi dari hari kehari, saya percaya pada satu titik akan mencapai kebahagiaan, kemuliaan dan kejayaan yang melampaui apa yang pernah dibayangkannya sejak semula.


Tuhan mengasihi orang orang yang rendah hati dan mempunyai sikap yang benar dalam melalui proses pembentukannya.

-wishnu iriyanto-

Pelajaran bisnis dari amsal salomo bagian 3

Prinsip;

Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring?
Bilakah engkau bangun dari tidurmu?
“Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi,
melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring”-
maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu,
dan kekurangan seperti orang bersenjata



Kalau pengertian malas adalah berarti sekedar tidak melakukan aktifitas apapun yang bersifat produktif, kita mungkin tidak termasuk orang orang malas.

Tapi kalau kita mengacu pada standard orang orang jepang seperti tersirat dalam buku berjudul “rahasia bisnis orang jepang” (ann wan seng), dimana kemalasan berarti tidak bersungguh sungguh dalam bekerja dan menjadi maksimal dalam setiap potensi yang kita miliki, maka boleh jadi saya dan banyak diantara kita semua masuk dalam kategori pemalas.(maafkan saya untuk statement ini).

Salah satu faktor yang mungkin menyebabkan kita malas mengejar batas maksimal dari potensi terbaik yang ada dalam diri kita mungkin karena kita sudah berada pada zona nyaman dimana kita merasa posisi kita sudah cukup baik dibanding pesaing / orang lain, lalu kita ber-argument bahwa inilah saat kita untuk mulai menikmati buah dari kerja keras kita selama ini dan kita dengan skeptis memandang bahwa meninggalkan zona nyaman kita saat ini untuk kemudian terus berkompetisi dalam mengejar posisi no 1 dalam industri yang kita tekuni, akan membuat kita tidak akan pernah dapat benar benar menikmati hidup ini secara maksimal dan terjebak dalam lingkaran setan yang tidak pernah putus-putusnya.

Saya berpendapat, menikmati hidup dan berdisiplin dalam menjadi maksimal dalam potensi yang Tuhan sudah percayakan pada kita adalah 2 issue yang berbeda. Banyak sekali orang yang bisa maksimal dalam potensi nya dengan tetap menikmati hidup, dan ada banyak juga orang yang sebetulnya meng-kamuflase kemalasannya untuk terus bertumbuh dengan alasan menikmati hidup.

Kitab suci secara extem mengajarkan bahwa adalah suatu dosa besar bagi mereka yg memutuskan untuk menyimpan dan mengubur talenta talenta yang dipercayakan Tuhan pada mereka dan tidak memperkembangkannya sebagaimana mestinya.

Lebih lanjut, Tuhan berjanji untuk menambahkan lebih banyak talenta talenta baru dan lebih besar kapasitasnya kepada mereka yang sudah terbukti setia mem-perkembangkan talenta yang dimilikinya saat ini.

Tapi untuk mereka yang malas mem-kembangkan talenta/bakat/potensi yang dipercayakan Tuhan padanya, selain mereka akan gagal dalam menikmati rencana Tuhan yang indah dalam hidupnya, mereka juga berpotensi untuk kehilangan talenta yang ada tersebut, karena Tuhan memandangnya sebagai orang-orang yang tidak setia dan tidak cukup layak untuk dipercaya.

Menurut saya, salah satu penyebab kemalasan adalah lingkungan / komunitas sekeliling kita. Bila kita ada didalam satu lingkungan/komunitas dan kita sudah merasa unggul didalamnya, lalu kita tidak berpindah ke lingkungan / komunitas yang lebih hebat lagi, maka disitulah benih benih kemalasan mulai bersemi.

Tapi apabila sesudah kita merasa unggul dalam satu komunitas / lingkungan dan segera berpindah ke komunitas yang jauh lebih hebat lagi dimana kita merasa kecil didalamnya dan secara positif muncul desakan perasaan dalam diri kita untuk terus berkompetisi dan memaksimalkan semua potensi terbaik kita, maka benih benih kemalasan itu tidak akan sempat tumbuh, karena tertutup oleh semangat juang untuk tidak menyerah.

Dulu pada waktu saya di college, saya pernah punya teman yang punya kebiasaan untuk selalu makan siang di pusat kota, ditengah keramaian lalu lintas professional, tepat di jantung CBD Sydney. (kampus saya memang juga terletak di pusat kota Sydney).

Ketika saya tanya kenapa dia tidak pernah makan siang bersama-sama teman teman yang lain di kafetaria kampus atau restaurant disekitar kampus dan memilih menyendiri di pusatnya para professional, dia bilang:;” saya merasa tidak ada apa-apanya ditengah kerumunan orang orang yang berjalan cepat ini, hanya saja saya percaya kalau saya punya potensi untuk bisa lebih baik dari mereka semua suatu saat kelak baik dalam hal pencapaian maupun penampilan.
Hanya dengan melihat mereka setiap siang beraktifitas, sudah membuat motivasi saya terbakar dan menyala-nyala.”

Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya saat ini, karena saya lepas hubungan setelah selesai kuliah, hanya saja percakapan saya yang singkat itu sangat membekas sekali didalam hati saya dan memberkati sekali sampai saat ini.




Tuhan memberkati orang orang yang gigih dan tidak pernah menyerah.

-wishnu iriyanto-

Pelajaran bisnis dari amsal salomo bagian 2

Prinsip:

Hai pemalas, pergilah kepada semut,
perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak:
biarpun tidak ada pemimpinnya,
pengaturnya atau penguasanya,
ia menyediakan rotinya di musim panas,
dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen


Saya percaya ada begitu banyak budaya dan pengajaran di luar sana yang mendorong agar kita untuk memiliki kebiasaan menabung dan berhemat.
Hanya saja seringkali pergumulannya adalah bagaimana kita bisa menabung ditengah inflasi yang demikian tinggi, pendapatan yang tidak bertambah dan kebutuhan yang kian meningkat.

Saya sama sekali tidak bermaksud untuk menggurui ataupun menimbulkan kesan kurangnya empati terhadap mereka yang dalam situasi keuangan yang sulit, hanya saja ada seorang bijak yang pernah bilang kalau menabung adalah lebih merupakan suatu sikap mental.

Artinya, kalau dalam situasi kesulitan keuangan pun kita tetap mampu untuk men-disiplin- kan diri untuk menabung walau hanya sedikit, maka pada saat kita menikmati kelonggaran dalam hal keuangan, sikap disiplin yang telah terlatih dengan baik itu akan menolong dan memampukan kita untuk menabung dalam jumlah yang jauh lebih besar.

Sebaliknya, apabila kita tidak memiliki tingkat kedisiplinan yang bagus dalam menabung pada saat situasi keuangan yang sulit, maka percayalah bahwa pada saat kita menikmati masa masa kelonggaran dalam hal financial sekalipun, kedisiplinannya yang rendah akan tetap membawa kita juga pada ketidakmampuan untuk menabung.

Dalam profesi saya sebagai agen sekolah ke luar negeri, saya bertemu banyak sekali keluarga keluarga yang mampu secara ekonomi dan berhasil dalam usaha usaha bisnis mereka.

Sering saya bertanya-tanya pada diri saya, apakah sebetulnya yang membuat mereka mampu menjadi sangat stabil dalam bidang financial, sementara banyak juga orang yang saya kenal diluar sana yang menurut pendapat saya tidak kalah sama sekali dalam hal kepintaran, kecepatan berpikir, skill bekerja, kepemimpinan bahkan jiwa wiraswasta sekalipun tapi memiliki hasil akhir yang berbeda dalam hal financial.

Seorang client saya pernah memberikan saya sepotong nasihat kecil atas pertanyaan saya ini, yaitu salah satunya adalah kemampuan untuk menabung.

Beliau menjelaskan bahwa kestabilan financial dari mereka yang berdisiplin kuat dalam menabung, walau dia hanya seorang yang relative rata rata dalam skill yang lain, dalam jangka panjang, berpotensi untuk mengalahkan kestabilan financial mereka yang kuat secara kapasitas skill tapi lemah dalam disiplin menabung.

Bukankah ada satu prinsip yang berbunyi;
Issue nya bukanlah berapa banyak uang yang kita hasilkan, melainkan berapa banyak yang kita bisa tabung.

Prinsip ini sebetulnya bertentangan dengan pandangan umum yang berbunyi, untuk stabil secara keuangan, harus berangkat dari konsep pemasukan yang terus menerus diperbesar.

Karena tanpa kedisiplinan menabung, maka setiap peningkatan pemasukan akan juga secara otomatis meningkatkan pengeluaran (tingkat konsumsi).

Beliau menambahkan, yang istimewa lagi bahwa mereka yang terbiasa berhemat dan menabung, sudah tentu akan memiliki cadangan cash dalam jumlah tertentu, dan dengan adanya cadangan cash tersebut, memungkinkan seseorang mampu be-reaksi cepat terhadap semua peluang peluang bagus, baik dalam bidang usaha maupun yang sifatnya investasi yang timbul tiba tiba dan pada akhirnya kelak bisa memperlebar perbedaan financial, diukur dalam satu jangka waktu tertentu.

Masih menurut beliau, sekalipun seseorang merasa memiliki kemampuan wiraswasta yang kuat didalam jiwanya, tapi apabila dia memiliki cacat dalam hal kedisiplinan menabung, maka potensi maksimalnya akan sangat sulit untuk diraih.

Pendapat ini juga diperkuat oleh seorang professor marketing yang mengajar saya di kampus dulu untuk subject accounting yang bilang bahwa lebih dari 60% bisnis yang bangkrut di Australia bukan disebabkan karena bisnis mereka tidak menguntungkan, melainkan karena kegagalan dalam mengatur cash flow yang tentunya berhubungan dengan cadangan cash.

Client saya yang lain yang datang dari latar belakang seorang pengusaha pernah mengajarkan saya bahwa dia menanamkan anak anaknya disiplin dalam hal menabung jauh lebih dini dibandingkan skill skill yang lain.
Karena beliau berpendapat, kedisiplinan menabung adalah salah satu pondasi paling mendasar untuk menjadi stabil dalam bidang financial.


Semoga bermanfaat.

-wishnu iriyanto-

Pelajaran bisnis dari amsal salomo bagian 1

Prinsip:


Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau!
Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu,
Maka engkau akan mendapatkan kasih dan penghargaan
Dalam pandangan Allah serta manusia


Kesetiaan dan sikap-sikap yang benar dalam bekerja adalah hal-hal yang relatif sangat langka dicari belakangan ini, terlebih dalam dunia bisnis.

Secara umum system pendidikan kita mungkin dapat menghasilkan orang orang cakap dalam bekerja, tapi menurut pengamatan saya, system pendidikan kita relatif gagal dalam menghasilkan pribadi pribadi yang mempunyai nilai nilai yang unggul.

Pada hal seperti yang survey yang pernah saya baca dan saya cantumkan dalam salah satu tulisan terdahulu saya, bahwa mayoritas promosi diberikan malahan bukan dikarenakan karena kecakapan individual atau kemampuan mereka yang menonjol dalam penjualan, tetapi justru karena sikap mereka.

Beberapa tahun lalu, dalam satu kesempatan saya pernah bertemu dengan seorang pemilik jaringan pendidikan yang memiliki banyak sekali cabang di Indonesia dan kebetulan kita berdua berbicara sedikit mengenai nilai nilai.

Beliau secara spontan berkata pada saya;,” Kalau sampai kamu menemukan ada orang orang bagus diluar sana dengan nilai nilai yang bagus, tolong beritahu saya segera, saya pasti ambil dia. Kalaupun saya belum membutuhkannya saat itu, saya akan create posisi baru untuk dia.”

Satu waktu, saya pernah bertemu juga dengan seorang client yang memiliki bisnis dalam penjualan bahan bangunan yang sangat sukses, hanya saja beliau cuma memiliki satu cabang. Ketika saya bertanya, adakah niat om untuk membuka cabang cabang baru, mengingat bisnis bahan bangunan cukup berkembang dibanyak daerah daerah pemukiman baru yang banyak sekali tersebar di Jakarta, beliau menjawab:,” Wishnu, siapa sih yang tidak ingin berkembang lebih besar, tapi kalau saya masih belum dapat menemukan orang orang yang saya dapat sepenuhnya percayai, maka saya berpendapat, keinginan untuk menjadi besar hanya akan menjadi bumerang bagi saya dan bisnis saya.”

Ketika saya berkomentar tentang perlunya system yang memadai dalam mengantisipasi kesulitan tersebut, beliau hanya berkomentar; ,” Kalau unsur manusia nya sudah tidak tepat, maka system yang detailnya bagaimanapun, tidak akan banyak menolong. Nah daripada saya terlibat dalam berbagai-bagai kesulitan yang tidak perlu, maka saat ini saya hanya bisa bersabar menunggu anak anak saya besar kelak dan saya harap nantinya merekalah yang akan bisa besarkan usaha ini.”

Sebagai penutup, saya ingin bagikan pelajaran yang saya terima dari salah seorang client saya yang lain, dimana beliau adalah seorang yang sangat kaya walau datang dari latar belakang yang SD pun tidak lulus.

Dia berkata;,” Semua kekayaan saya dirintis dari berbagai bagai bidang usaha yang modalnya datang dari orang lain. Pada saat usaha yang dipercayakan pada saya gagalpun, orang orang tidak pernah kehilangan kepercayaannya pada saya, karena mereka semua tahu bahwa hati saya tidak pernah serong, tidak pernah sedikitpun.”

Semoga memberkati
-Wishnu iriyanto-