Thursday, December 25, 2008

BAKAT BISNIS


Pada saat sedang barbeque di caufield park antara mentor dengan murid muridnya, 2 orang murid yang sementara memasak sosis berdebat cukup serius mengenai kontribusi besarnya bakat terhadap keberhasilan bisnis seseorang.

Mentor dan para murid lain menyimak dengan seksama perdebatan itu sampai pada akhirnya keduanya sadar telah menjadi pusat perhatian dan menjadi malu karena nya.

Karena malu, seorang murid yang tadi berdebat dan mengambil posisi argue bahwa bakat sangatlah penting bagi keberhasilan bisnis, berkata pada mentor;

Murid ; “Mentor, tadi kami memperdebatkan mengenai besar kecilnya kontribusi bakat terhadap keberhasilan bisnis seseorang. Bagaimana pendapat mentor sendiri soal ini?”

Mentor: “Secara jujur, saya tidak mengetahui kebenaran tertingginya. Tapi saya punya pendapat pribadi soal itu. Hanya saja sekali lagi saya ulangi, itu sifatnya pendapat pribadi.”

Murid:”Boleh kami tahu apa pendapat pribadi mentor soal bakat?”

Mentor;” Saya daridulu sampai sekarang berpendapat bahwa kontribusi bakat terhadap keberhasilan bisnis seseorang adalah OMONG KOSONG besar.”

Murid;” mentor, itu pendapat extreme lho. Punya dasarnya tidak? Setidaknya argument kuat yang mendukung?”

Mentor:” Saya suka pendapat einstein soal ini, yaitu; I have no special talent. I am only passionately curious. Dengan terjemahan bebas saya mengartikan;
Saya tidak memiliki bakat yang khusus, tetapi hanya memiliki hasrat ingin tahu yang besar sekali.”

Dari pendapat Einstein ini, didapat salah satu penjelasan kenapa ada anak anak yang sudah sekolah bisnis diluarnegeri sekalipun seperti kita semua ini, ternyata dibisnis menderita serial kegagalan (kegagalan yang ber-ulang ulang).

Karena tidak sedikit mereka yang bersekolah bisnis tinggi tinggi di tempat yang terkenal sekalipun dan bisa lulus dengan nilai tinggi sekalipun, ternyata proses belajarnya bukan berangkat dari rasa keingintahuan yang besar, tetapi berangkat dari keterpaksaan untuk belajar.

Keterpaksaan disini bukan seperti yang kalian bayangkan secara extreme, tetapi sebuah situasi dimana mereka sebetulnya tidak benar benar ingin tahu dunia bisnis secara sungguh sungguh, tetapi sekedar didiktekan oleh para guru mereka atau dikondisikan untuk belajar.

Mereka mereka ini yang walau mungkin nilai nilai akademik transkripnya tinggi pada saat sekolah, membaca banyak buku selama sekolah dan meneliti cukup banyak fenomena bisnis dibawah perintah dosen, tetapi pada saat selesai sekolah, hampir bisa dibilang habis pula pertumbuhan belajarnya.

Menurut saya adalah satu kegilaan untuk berpikir bahwa kamu akan bisa mempunyai sebuah bisnis yang mampu bertahan menghadapi berbagai macam badai, ombak besar dan terjangan karang karang masalah selama puluhan tahun kedepan hanya dengan mengandalkan beberapa tahun sekolah dimasa lalu.

Satu kenaifan besar besar-an untuk ber-asumsi bahwa sekolah yang hanya beberapa tahun dimasa lalu akan tetap membuat kamu semua selalu relevan dan segar menghadapi perubahan perubahan dalam dunia bisnis yang berlangsung sangat cepat.

Menurut saya, kalimat Einstein yang di terjemahkan bebas itu secara sempurna mewakili apa yang saya ingin sampaikan.

Keingintahuan membentuk keseluruhan pengetahuan yang pada akhirnya mempengaruhi kemampuan akhir dalam berbisnis.

Sekarang saya tanya pada kamu semua, berapa banyak fenomena bisnis yang bisa dipetakan? Apakah bisa terhitung semua angle-angle nya?”

Murid; “tidak mentor.”

Mentor; “Itulah.
Bisnis itu dipengaruhi oleh dinamika manusia.
Dan karena manusia memiliki dinamika yang boleh dibilang tidak terbatas variasinya, maka pada akhirnya dunia bisnispun memiliki dinamika yang hampir bisa dibilang tidak terbatas.

Jadi, orang gila mana yang menganggap bahwa sekolah bisnis yang cuma 4-8 tahun bisa menjawab dan memberikan semua pengetahuan bisnis yang sebetulnya sampai kita semua meninggalpun tidak akan pernah habis untuk dipelajari?

Saya percaya, keingintahuan adalah salah satu kunci keberhasilan.
Dengan bermodalkan keingintahuan yang besar, orang orang bisa mendapati diri mereka ada di situasi situasi yang tidak pernah dimasuki orang lain tetapi kemudian bisa memperoleh pelajaran berharga, pengetahuan menarik bahkan keberhasilan besar.

Dengan keingintahuan yang besar, seseorang akan berani menerobos wilayah wilayah beresiko tinggi tetapi kemudian menikmati peluang peluang yang tidak bisa diperoleh oleh mereka yang hanya mau tinggal tetap di zona nyamannya.

Dengan keingintahuan yang besar, seseorang akan bisa mendapati dirinya dipenuhi begitu banyak pertanyaan pertanyaan kompleks dan kemudian mengabdikan dirinya untuk memecahkan masalah masalah tersebut.

Dengan keingintahuan yang besar seseorang akan berani keluar dari zona nyamannya dan masuk ke zona tidak menentu tetapi memberikan peluang yang baik.

Dengan keingintahuan yang besar seseorang bisa mengabdikan dirinya untuk menantang area area yang selama ini dimitoskan sebagai daerah berbahaya untuk dimasuki para pemula bisnis tetapi menyimpan begitu banyak susu-madu keberhasilan.

Dengan keingintahuan yang besar, seseorang akan bisa secara alami bertumbuh dari satu pencapaian ke pencapaian yang lebih tinggi, dari satu kebesaran hidup ke kebesaran hidup yang lain.

JAdi anak anak muda, satu pesan saya seperti yang selama ini selalu berusaha saya sampaikan dalam bahasa berbeda, walau kamu lulusan luar negeri sekalipun, dari universitas paling mahal dan bergengsi sekalipun, tetapi bila rasa ingin tahu kamu ternyata tidak cukup besar, dalam pertarungan jangka panjang, kamu akan mudah digulung lulusan local atau bahkan mereka yang cuma lulusan SMU Indonesia sekalipun tetapi dipenuhi oleh rasa ingin tahu yang begitu besar dan mendedikasikan hidupnya untuk memecahkan dan mencari kebenaran atas pengetahuan pengetahuan bisnis yang tersembunyi.

Murid; “Tapi mentor, ada satu pertanyaan menggantung. Apakah mentor benar benar mengabaikan factor bakat dalam menolong seseorang menjadi berhasil?”

Mentor; “Sebetulnya tidak. Hanya saja apa yang saya coba sampaikan adalah, dibanyak orang, BAKAT malah menjadi semacam KUTUKAN instead of sebagai KEUNTUNGAN.”

RAda mirip dengan hubungan kekayaan alam dengan nasib sebuah bangsa.

Begitu banyak bangsa yang memiliki kekayaan alam luabiasa malah jadi miskin.
Sementara mereka yang minim kekayaan alam malah bisa jadi kaya dan berhasil.

Bakatpun begitu, cukup banyak orang yang gagal justru yang memiliki banyak bakat yang potensial.

Karena merasa memiliki bakat, justru mereka kemudian jadi terlena dan santai.

Sementara mereka yang tidak memiliki bakat, malah menjadikan itu factor pendorong untuk bisa maju, terus bergerak kedepan dan menghasilkan pertumbuhan yang berkelanjutan dari waktu ke waktu.

Kalau saya dikasih pilihan, saya akan memilih berbakat minim tetapi memiliki keingintahuan dan secara konsisten mempunyai rasa bertumbuh yang BESAR dibanding berbakat besar tetapi memiliki keingintahuan dan rasa bertumbuh yang minim.

Kesimpulannya, mengucap syukurlah bila bakat anda minim, karena kalau sudut pandang anda benar, itu justru bisa menjadi keuntungan tersendiri.

Mudah-mudahan pendapat kecil ini berguna bagi kalian semua semua.

Friday, December 12, 2008