Friday, February 2, 2007

Tanah yang subur

Ada sebuah cerita rakyat di negeri china yang sangat memberkati saya, bila berkaitan dengan topik tanah yang subur.
Saya lupa dimana saya membaca ini, tapi mungkin saja dari buku berjudul doa sang katak.

Demikian ceritanya;

Ada sebuah remaja yang sangat miskin yang mendatangi seorang peramal terkenal untuk minta diramalkan masa depannya.
Karena begitu miskinnya, dia bahkan tidak punya apa apa untuk diberikan pada sang peramal untuk membayar jasa ramalan tersebut.

Si peramal yang kecewa karena si anak muda tidak punya apa-apa ini sebagai pembayar jasanya, langsung berkata tanpa menoleh;” kamu akan jadi orang yang sangat kaya kelak, tapi tolong jangan bertanya apa apa lagi”

Lalu dia mengusir pergi secara halus anak muda tersebut untuk kemudian melanjutkan untuk meramal pelanggan berikutnya.

20 tahun kemudian, ketika si peramal tersebut sudah menjadi sangat tua dan sudah lagi tidak populer, tiba tiba dia dikunjungi seorang yang berpenampilan seperti saudagar kaya, menjumpai peramal tersebut dengan sikap sangat hormat, berterima kasih dan memberikan si peramal tersebut berpeti peti uang logam emas.

Si peramal yag terbingung bingung dengan kejadian itu, bertanya siapakah gerangan saudagar tersebut.

Si saudagar itu menceritakan kalau dia dulu adalah seorang muda yang sangat miskin, yang karena begitu miskinnya bahkan tidak mampu membayar ramalan si peramal tersebut, tapi bertekad dalam hati bila ramalan itu terbukti benar, akan memberikan sebagian kekayaannya pada si peramal.

Si peramal yang ingat kejadian itu (mungkin karena tidak banyak orang yang nekat meminta jasanya tanpa membayar apa apa – mengingat reputasinya saat itu yang begitu terkenal), secara spontan bilang;” padahal waktu itu saya cuma main main.”



Moral story;

Menurut saya pribadi, sebetulnya permasalahan di sebagian besar kita kenapa banyak diantara kita yang masih jauh dari menjadi maksimal dala bisnis maupun kehidupan, bukan terletak pada jumlah motivasi ataupun kuantitas pengajaran yang telah kita terima.
Kalau kebetulan rekan rekan beragama kristen, saya percaya di gereja kita masing masing, kita sudah menerima begitu banyak motivasi, dorongan dan semua pengajaran yang bermuara pada peningkatan semangat juang dalam bidang kita masing masing.

Bahkan mungkin tidak sedikit dari rekan yang telah ber-investasi tidak sedikit dalam mengunjungi seminar-seminar sekuler yang bertujuan menggerakkan motivasi dan mengembangkan diri, mulai dari yang berskala lokal maupun yang berskala internasional.
Didalam milis yang kita ikuti ini saja, tidak sedikit artikel yang diforward oleh rekan rekan lain yang sebetulnya begitu menggugah, menyentuh dan sangat efektif dalam menumbuhkan harapan harapan besar.

Tapi kenapa banyak diantara kita yang pencapaiannya masih jauh dari potensi maksimal yang seharusnya kita bisa capai?

Cerita diatas bicara mengenai tanah yang subur, yaitu hati kita.

Pemuda miskin dalam cerita diatas memiliki tanah hati yang luarbiasa baik dan luarbiasa subur.
Sepotong bibit berbentuk nasihat kecil yang sebetulnya hanya dilontarkan dengan main main, ternyata mampu tumbuh menjadi tanaman besar yang berakar kuat, berbatang besar dan berbuah lebat sekali didalam tanah hatinya.

Sementara, banyak sekali dari kita yang bahkan hampir tiap hari menerima benih benih motivasi dalam volume tidak kecil melalui artikel artikel di milis, ajaran orang tua, pengajaran yang putus-putusnya dari gereja, program-program motivasi di televisi, buku-buku bacaan, berlangganan program motivasi harian melalui sms dll, tapi masih gagal untuk menumbuhkan semua bibit-bibit motivasi yang berlimpah-limpah tadi menjadi tanaman besar yang berakar dalam dan berbuah lebat.

Saya percaya orang-orang diluar sana yang mungkin saja berupa teman, motivator profesioanl, pemimpin agama, orang tua, guru dan banyak lagi, hanya mampu untuk membantu dalam menyebarkan bibit, tapi proses tumbuh nya bibit menjadi pohon besar akhirnya kembali bergantung pada kesuburan tanah hati kita masing masing.

Saya sendiri juga menyadari kalau tanah hati saya juga masih jauh dari subur, karena benih benih motivasi yang sebetulnya sudah saya terima dari saya kecil ternyata bertumbuh lama sekali sesudahnya dan masih sangat kecil, dibanding cerita pemuda miskin itu yang mungkin saja tidak berpendidikan, tidak punya modal apa apa selain nasihat sederhana yang bila kita terima di jaman sekarang ini, mungkin kita semua akan anggap hanya sekedar omong-kosong belaka.

Saya sangat percaya tanah hati yang subur memiliki kontribusi yang luarbiasa significant terhadap keberhasilan kita dimasa mendatang.

Saya percaya bila tanah hati kita subur, ucapan motivasi yang bilang:” Janganlah kecut dan tawar hati, Sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau kemana pun engkau pergi,” sudah cukup untuk membakar, meneguhkan dan membuat kita mampu menghadapi peperangan bisnis sesulit apapun karena kita yakin ada penolong kita yang selalu menyertai kita dimasa-masa sulit..

Bila tanah hati kita subur, nubuatan yang berkata:” engkau akan jadi kepala bukan jadi ekor”, cukup untuk membuat kita mampu untuk membuat kita menerobos semua kesulitan dalam tujuannya untuk menggenapi semua visi visi besar yang Tuhan taruh dalam hati kita masing-masing, dan bukan hanya sekedar menjadi seseorang yang biasa biasa saja tanpa mempunyai dampak apapun bagi sekeliling kita.

Bila tanah hati subur, harapan-harapan yang ditanam oleh orangtua kita sedari kecil untuk kelak kita dapat menjadi orang orang besar, akan berakar begitu kuatnya sehingga cemooh, ejek dan pengaruh negatif dari sekeliling tidak akan mampu menghambat benih itu untuk tumbuh menjadi pohon besar.

Bila tanah hati kita subur, pangajaran positif yang kita terima, walau sedikit, akan mampu ditumbuhkannya menjadi nilai nilai luarbiasa kuat yang bahkan untuk mampu bermultiplikasi menjadi banyak dengan sendirinya.

Tapi kalau tanah hati kita tidak subur, ribuan kata kata motivasi, harapan maupun nubuatan sekalipun, hanya manis terdengar bagi telinga kita, jatuh ke hati kita untuk kemudian mati begitu saja dan akhirnya tetap tidak mampu untuk mengubahkan apapun dalam kehidupan kita.

Tidak bosan bosannya saya berkata, kalau ada yang berpendapat bahwa keberhasilan permanent itu sepenuhnya bergantung pada faktor tunggal berbentuk modal keuangan tanpa memperhitungkan tanah hati, saya anggap dia naïf, karena banyak sekali orang orang yang kuat secara finansial terjun kedunia bisnis dengan pemahaman serampangan bahwa jumlah modal lah yang mempengaruhi kesuksesan, ternyata tertendang dari bisnis yang ditekuninya secara pahit dengan menyisakan hanya sedikit modal pada akhirnya, bahkan kadang habis sama sekali.

Juga kalau ada yang berpendapat bahwa keberhasilan permanent itu bergantung sekedar pada tingginya level pendidikan dan kecerdasan yang dikuasai tanpa memperhitungkan tanah hati, itu juga saya anggap naïf, karena banyak sekali orang orang berpendidikan tinggi dan cerdas luarbiasa terjun ke dunia bisnis dan bertarung dengan orang orang yang pendidikan maupun kecerdasannyanya bahkan jauh dibawahnya, ternyata hasil akhirnya adalah kalah telak.

Sudah terlalu banyak cerita yang bisa kita dapatkan dengan mudah tentang seorang naïf yang memasuki peperangan bisnis, datang dengan kepala tegak dan dada membusung tapi akhirnya harus terlempar dari gelanggang bisnis dengan merayap-rayap, berdarah-darah dan merintih-rintih kesakitan.

Saya pernah bicara dengan pendeta saya di Indonesia mengenai faktor faktor apa saja yang sebetulnya potentially bisa menghambat tanah hati kita menjadi subur, beliau memetakan secara cepat dan sederhana bahwa kebencian, sifat penakut, sikap ragu-ragu, iman yang tipis, sikap hati yang salah dalam menerima pengajaran, sakit hati, kepahitan terhadap masa lalu, lingkungan negatif dan masuknya bibit-bibit pengajaran negatif kedalam hati kita bisa turut serta dalam mengkontaminasi tanah hati kita menjadi tidak sesubur yang seharusnya.
Tulisan ini tidak dibuat untuk menghakimi siapapun, karena pada saat menulis ini, saya pribadi juga serasa ditampar ulang.

Tapi biarlah tulisan ini bisa menjadi masukan kecil bila kita sampai saat ini masih belum juga mencapai hal-hal yang benar-benar luarbiasa dalam hidup ini, belum melakukan langkah-langkah raksasa dalam industri kita masing masing serta belum mampu menggenapi visi-visi hebat yang Tuhan taruh dalam hati kita untuk kita semua genapi secara tuntas.



Every generation should live better than the last


- Dari setiap anak yang kurang beruntung yang telah kita bantu, ada satu generasi di masa depan yang sudah tertolong


Wishnu Iriyanto
Managing Director
FUTURE education (agent sekolah ke luar negeri)
&
FUTURE English (kursus bergaransi TOEFL 580/ IELTS 6.5 dengan angka keberhasilan 100%)

Kelapa gading; 021 4585 1123
Kuningan; 021 5200 883
Mega mall; 021 668 3847
Pasar baru; 021 351 8116

Semarang; 024 761 0900
Pekan baru; 0761 44109

Ps; saya berharap bisa berkenalan dengan rekan rekan di friendster.
Nama; Wishnu Iriyanto
Lokasi; Australia

kunjungi
http://wishnuiriyanto.blogspot.com