Friday, January 26, 2007

Organisasi yang mampu menghasilkan pahlawan 4

Organisasi yang mampu menghasilkan pahlawan (bagian 4)

Oleh; wishnu iriyanto

Prinsip acuan;

Seorang pemimpin berkapasitas pahlawan umumnya memiliki kecenderungan untuk mampu menghasilkan pahlawan berikutnya, bahkan yang jauh lebih hebat lagi

-wishnu Iriyanto

Prinsip pendamping 1;

Sesama pahlawan umumnya bisa saling mengenali (wishnu Iriyanto)

Prinsip pendamping 2;

Tidak ada singa yang mau berburu bersama sama dengan sekawanan serigala.

Prinsip pendamping 3;

Lebih baik berikan saya 5 orang dengan kapasitas pahlawan untuk menghadapi segerombolan musuh, dibandingkan dengan 100 prajurit biasa.

Karena bukan jumlah-lah yang menentukan kemenangan (pepatah militer china kuno)

Saya percaya tidak pernah ada orang orang luarbiasa yang tercipta secara kebetulan.

Mereka pasti dibangun oleh setidaknya satu faktor luarbiasa atau lebih.

Secara alami, setiap orang orang luarbiasa pasti memiliki standard nilai, disiplin, pemikiran, cara bergerak, cara memandang sesuatu, kemampuan untuk memikul beban berat, daya tahan, pengharapan yang berbeda dengan kebanyakan orang biasa.

Dalam sifatnya yang paling mendasar, setiap orang orang luarbiasa tidak pernah bisa nyaman untuk bekerja bersama dengan orang orang berada jauh dibawah standard dasar yang mereka miliki dan terutama mereka yang sama sekali tidak memiliki kemampuan dan kemauan untuk menyesuaikan diri dalam jangka waktu tertentu.

Kalau kita melihat sejarah pembentukan orang orang luarbiasa, mereka umumnya melalui proses yang panjang, menyakitkan dan tidak sebentar, dan kesetiaan mereka untuk bersabar dalam proses itulah yang akhirnya membuat mereka menjadi luarbiasa.

Dan tidak heran, sebagaimana mereka dulu diproses, maka cara cara yang sama biasanya akan digunakan untuk memproses orang orang berikutnya.

Maafkan kalau saya mengambil contoh dari organisasi saya.

Adik saya yang terkecil adalah pekerja paling militant diantara kami bertiga. Konsistensi, keuletan, ketekunan dan kemampuan berhematnya paling terkenal diantara kami.

Sebagai orang yang paling bertanggung jawab dibagian penjualan di bidang jasa keagenan sekolah luar negeri, penjualan pribadinya lebih baik bahkan dibanding akumulasi dari 3 penjual terbaik kami. Saya dan adik saya (anak no 2), mengakui kalau untuk banyak hal, daya juang nya lebih baik dari kami berdua.

Adik saya yang terakhir ini, dalam menciptakan pelapis-pelapis di organisasi kami tergolong paling lambat, karena cara dia mendidiknya benar benar telaten dan intensif, sehingga pada saat yang sama dia hanya mampu mendidik 2 orang maksimal.

Walau dia tergolong lambat, tapi orang orang yang dihasilkannya berkualitas lebih baik dari orang orang yang saya dan adik pertama saya ciptakan.

Kelebihan lainnya, walau dia tidak banyak bicara, tapi apabila kami sodori orang baru untuk dilatih dibawahnya, dia bisa tahu dalam 3 hari, apakah orang baru ini berpotensi jadi baik dimasa mendatang atau kita akan cuma sekedar buang-buang waktu dalam proses melatihnya.

Caranya cuma sederhana, setiap orang baru akan disodori workload yang luarbiasa banyak, nanti dari situ akan dilihat sikapnya dalam melaksanakan tugasnya.

Walau pegawai baru ini tergolong orang pintar, tapi bila sikapnya menunjukkan penolakan atas beban berat tersebut atau setidaknya memperlihatkan sikap hati yang tidak benar terhadap beban berat, adik saya akan bisa langsung memperkirakan kalau anak ini tidak akan cocok kerja bersamanya dan dalam jangka panjang apabila misi kami ingin men-duplikasi cara kerja, keuletan dan ketekunan yang adik saya miliki, dia sudah bisa tahu kalau itu tidak akan pernah tercapai.

Saya dan adik pertama saya secara umum mengetahui bahwa teladan-lah yang paling efektif dalam proses pembentukan generasi berikut, tapi bila dibandingkan dengan adik terakhir saya ini, kami berdua kelihatannya masih harus belajar lagi untuk mengerti esensi mendasar dan konsistensi dari prinsip teladan tersebut.

Karena adik terakhir saya ini memang lebih militant dalam bekerja, maka sudah bisa ditebak kalau orang orang yang bekerja dibawahnya umumnya lebih menjerit dalam hal beban kerja, walau pada akhirnya kita bisa tahu kalau hasil didikannya tidak pernah mengecewakan.

Dulu pernah saya tanya, apakah mungkin tekanan yang adik saya berikan bisa dilonggarkan sedikit, tapi dia malah menguliahi saya dengan kata katanya yang terkenal:

Dalam organisasi kecil, kemungkinan-kemungkinan untuk ditinggalkan oleh pegawai bagus sangat besar dibanding organisasi besar. Saya mendidik orang sampai demikian kuat agar mereka nantinya bisa menjual lebih baik dan akhirnya bisa menghasilkan income lebih besar dari yang mereka mungkin dapatkan di perusahaan besar (kami mengembangkan system gaji + komisi penjualan+ bonus).

Apabila tahap itu sudah tercapai, maka perusahaan besarpun bukan lagi merupakan sesuatu yang harus ditakuti.

Sistem pelatihan yang lembek, tidak akan menguntungkan siapapun, karena pelatihan yang lembek membuat pegawai pegawai jadi lembek dan membuat kemampuan mereka menerobos dan menjualpun menjadi lembek. Pada akhirnya baik perusahaan maupun si pegawai tidak akan dapat apa-apa, dan seiring dengan sifat dasar tiap orang untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari hari ke hari, maka kehilangan pegawai pegawai bagus karena diambil pesaing-pun hanya tinggal menunggu waktu.

Jadi tolong, jangan tanyakan pertanyaan bodoh itu lagi dimasa depan…….

Mendengar itu, saya dan adik saya no 2 serasa ditampar ulang dan cuma bisa terdiam untuk mengamini kebenaran mendasar yang harus dimengerti oleh tiap tiap perusahaan kecil.

----------------------------------------------------------------------------------------------------

Saya punya teman dekat semasa SMU yang sekarang bekerja sebagai seorang sekretaris profesional.

Menurut saya, dia adalah sekretaris yang sangat cakap dibidangnya, melampaui kebanyakan sekretaris pada umumnya. Sifat sifat seperti cekatan, efisien, organize, terampil, inisiatif tinggi dan kemampuan untuk bekerja di dibawah supervise yang sangat minimum, dimilikinya dengan penguasaan diatas rata rata sekretaris professional lainnya.

Dia memang lulusan sekolah sekretaris yang ternama di Jakarta, tapi dia menolak apabila saya menarik kesimpulan bahwa sekolahnya-nya lah yang membuat dia sampai pada level demikian rupa, dia bilang sekolahnya yang bereputasi tinggi di Jakarta memang memberikan satu keuntungan dalam hal “start”, tapi pertumbuhannya dari seorang sekretaris pemula menjadi seorang sekretaris professional dalam waktu luarbiasa singkat adalah murni karena tempaan pemimpin pemimpin yang pernah dilayani nya plus karakter pribadinya yang memadai.

Teman saya ini sudah bekerja di bawah kepemimpinan langsung dari beberapa pemimpin pemimpin perusahaan terbaik dengan kinerja pertumbuhan yang sangat cepat di industrinya masing masing.

Dia menceritakan bahwa fase kerjanya dengan para pemimpin tersebut merupakan “kawah candradimuka” bagi karir profesionalnya.

Sejauh dia flash back kebelakang, dia mengakui bahwa semakin keras tekanan pekerjaan yang dia terima, semakin membuat dia bertumbuh lebih cepat.

Ada beberapa pemimpin perusahaan tersebut masuk dalam kategori sangat “kejam” dalam hal tuntutan pekerjaan, malah cenderung kurang manusiawi, misalnya; pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh 2 orang sekretaris professional, malah cuma dibebankan pada dirinya seorang. Tapi karena karakternya yang baik, dia telan semua tekanan pekerjaan itu tanpa banyak mengeluh.

Pada saat dia mampu meng-handle tanggung jawab itu dengan sangat memuaskan, hasil akhirnya bisa ditebak, kapasitas pribadi-nya menyamai setidaknya 2 orang sekretaris professional rata rata.

Pada saat saya tanya, apakah dia menyesal telah menghabiskan karir profesionalnya dibawah kepemimpinan orang orang “kejam” tersebut, dia menjawab, bahwa pengalamannnya bekerja dengan pemimpin pemimpin paling efisien, paling menuntut dan paling kejam dalam hal standard kerja, justru merupakan pengalaman paling berharga bagi karirnya.

Dia menambahkan, memang pada saat melewati masa masa sulit itu, dia kerap kali menangis dan selalu tergoda untuk berpikir pindah bekerja ke perusahaan lainnya yang sedikit lebih longgar dalam hal tekanan pekerjaan, tapi tekadnya untuk tidak menyerah membuat dia secara perlahan mampu menyesuaikan diri dengan irama kerja yang terus menerus dipercepat.

Seiring dengan waktu berjalan, dia mulai bisa ambil pandangan yang lebih positif terhadap setiap tekanan yang diterimanya.

Dia memperhatikan bahwa tekanan tinggi yang diterima dari para pemimpin berkapasitas hebat tersebut, sebetulnya mewakili tingkat tekanan yang juga sama sama dialami oleh para pemimpin tersebut dalam mengelola organisasinya maupun mengembangkan kapasitas pribadinya.

Makin dalam dia mengamati, bahwa melalui tekanan tinggi yang dia terima dari pemimpin hebat tersebut, dia mendapati bahwa para pemimpin hebat itu tidak sekedar ingin “menyiksa” pegawainya, menghemat uang atau sekedar memaksimalkan nilai uang yang sudah mereka keluarkan dalam menggaji dirinya, akan tetapi bertujuan utama untuk melatih dirinya sampai pada titik yang sejajar dalam level kepahlawanan dengan pemimpin tersebut.

Terakhir kali, pada saat saya tanya apa alasan khusus yang membuatnya tidak menyerah dan pindah ke perusahaan lain yang lebih longgar dalam hal tekanan kerja, terutama di saat saat tersulit itu, dia menjawab, alasan terutama saya tidak menyerah adalah karena anak-anaknya.

Dia bertekad untuk menjadikan anak-anak nya seorang yang sangat tangguh, ulet dan berdaya juang tinggi dimasa depan. Untuk itu dia percaya bahwa semua kesulitan yang pernah dia lewati dimasa lalu, sekarang dan masa depan, adalah “bahan bakar” yang dia kumpulkan terus menerus untuk nantinya kelak, akan dia pergunakan kembali untuk membakar semangat anak-anaknya agar mampu menjadi pribadi-pribadi dengan semangat juang yang lebih menyala-nyala yang mampu membakar semua kesulitan hidup mereka, jauh lebih baik dari yang dilakukannya saat ini.

Every generation should live better than the last

Ada yang menabur banyak tapi selalu berkelimpahan.

Ada yang menghemat secara luarbiasa tapi selalu berkekurangan

Ingatlah anak anak yang kurang beruntung diluar sana

Wishnu Iriyanto

Managing Director

FUTURE education (agent sekolah ke luar negeri)

&

FUTURE English (kursus bergaransi TOEFL 580/ IELTS 6.5 dengan angka keberhasilan 100%)

Kelapa gading; 021 4585 1123

Kuningan; 021 5200 883

Mega mall; 021 668 3847

Pasar baru; 021 351 8116

Semarang; 024 761 0900

Pekan baru; 0761 44109

Ps; saya berharap bisa berkenalan dengan rekan rekan di friendster.

Nama; Wishnu Iriyanto

Lokasi; Australia

1 comment:

Anonymous said...

halo